pertama gw denger sapaan itu tahun 2010 dan kini gw dengar lagi 512 kilometer dari sini.
belum bisa dilupa. tidak mau dilupa.
12 jam berkecimpung di parahyangan
(bukan kampus juga bukan nama kereta)
jalan-jalan becek, angkot sesat serta AC kereta yang tidak terlalu bersahabat.
post ini dengan ugal-ugalan berisi cerita bagaimana gw mencapai sunyaruri.
***
gw paling ngga merasakan sedikit rasanya jadi slankers.
atau kamtis atau juga Oi.
kebanyakan mereka melakukan perjalanan jauh untuk bertemu sang idola.
atau bukan idola. lebih mirip rasul menurut gw.
lagunya didenger, merchandisenya dipake, orangnya konser didatengin.
ga sedikit pasti hal yang dikorbankan.
entah itu waktu, uang, bahkan pahala karena harus durhaka sama orang tua-nya.
itu apa kalau bukan rasul. kalau suatu saat rasul itu bikin agama pasti ya fansnya itu jadi umatnya.
baik. kembali ke "12.12.13".
kamis pagi gw berangkat menuju kota Bandung menggunakan kereta yang tiketnya baru gw beli malamnya di minimarket kesayangan kita bersama.
CK.
menuju waktu keberangkatan, gw ga bisa tidur.
entah karena apa.
tapi disinyalir itu adalah sindrome mau bertemu musisi kesayangan.
karena takut kesiangan gw paksa diri ini tidur dengan lagu mendayu-dayu tanpa lirik sembari memasang alarm agar tetap bangun pagi. pukul dua pagi gw tertidur.
jam setengah tujuh gw bangun, packing, mandi dan menaiki ojek yang sudah mejeng dari subuh mencari pelanggan. mungkin hari itu hari sial dia karena mendapati gw sebagai penumpang.
"masnya ini beratnya 80 ya ? berat betul khe..khe..khe.."
dalam hati gw menjawab..
"saya 1 kwintal mas maaf"
pukul setengah delapan gw tiba di stasiun dengan stasiun paling melankolis di pulau Jawa.
Stasiun Tugu Yogyakarta.
dan pukul delapan gw bersama pak masinis menuju bumi parahyangan. gw duduk bersama mbak-mbak yang nampaknya galau karena selalu lihat ke jendela dengan earset di telinga plus menumpahkan kuah pop mie ke lantai kereta milik negara. fix galau.
jam tiga sore di hari yang sama gw tiba di Stasiun Hall Bandung.
bersamaan dengan kaki gw menapak Bandung, saat itu pula gw dirundung kebingungan.
"gw harus kemana..."
syukurlah gw pernah dengar pepatah.
"Malu Bertanya Sesat di Jalan"
naik angkot ternyata agak ribet.
gw lengkapi. naik angkot di Bandung ternyata agak ribet.
banyak sambungannya kayak tali layangan.
untuk sebagai siasat. gw menghindari angkot dengan cara. jalan kaki.
saya anak punk.
ditemani gerimis dan handuk kuning kesayangan gw menyusuri Jalan Peta yang akhirnya gw temukan pasca dibuat nyasar oleh salah satu supir angkot yang ga tau dimana Jalan Peta. dan memang Jalan Peta itu sangat tidak terkenal bagi mereka. sedih.
karena tidak ada yang menahu mengenai Jalan Peta, maka Bandung Lautan Api jadi andalan gw.
yak dengan informasi tersebut gw akhirnya tiba di Jalan Peta. pekerjaan selanjutnya adalah, mencari Padepokan Seni Mayangsunda.
dengan modal ingatan google maps saat di Jogja gw jalan menyuri Jalan Peta.
masih bersama hujan dan handuk kuning menghiasi kepala.
dan gw tiba dengan rasa haru di Padepokan Mayangsunda.
***
Open gate pukul enam sore.
karena tak tahu harus apa lagi di tempat itu.
gw meninggalkan hujan, menanggalkan handuk kuning.
memasuki venue dengan hikmad.
aroma dupa menyambut gw di lorong menuju stage.
kanan-kiri banyak artwork dan ambient mistik.
terlalu menarik sehingga lalu-lintas pengunjung macet.
semua orang mau berfoto.
sesuai janji.
jam delapan dia keluar.
dengan busana biru.
entah mengapa gw merinding.
mereka yang gw perjuangkan dan tunggu akhirnya tampil di depan gw.
ya.. mungkin jaraknya agak jauh tapi keberadaannya saat itu lancip makna.
***
"diantara banyak anak yang ada di dunia, dan berapa jumlah ibu yang telah mengasuhnya...
banyak anak membutuhkan kasih sayang dan bimbingan..
pendidikan diperlukan untuk masa depan.."
lagu di atas mengawali pertemuan gw dengan sarasvati.
lagu itu adalah lagu kesukaan teman-teman tak terlihat Risa yang telah pergi dan kegalauan tersebut melahirkan buku terbarunya, Sunyaruri.
lagu demi lagi terlantun.
maaf bagi orang sekeliling gw kemarin.
gw ga seberuntung kalian yang mungkin sebulan sekali bisa datang ke acara yang mengundang sarasvati.
maka kalau gw agak ndeso mohon di maafkan.
hampir semua lagu yang gw suka ada di setlist.
aku dan buih, graveyard, mirror, fighting club dan perjalanan.
sayangnya ivanna tidak dibawakan.
tapi lagu-lagu baru yang asik nan menarik sudah mengobati.
storytelling Risa memang tiada dua.
cerita Sunyaruri terlalu cocok sama gw saat itu.
ga heran kalau gw selalu merinding di sayat strings di sayap kanan panggung.
lagu-lagunya terlalu nelangsa dan hati gw berdansa.
***
serasa cepat Sunyaruri pun usai.
di akhiri dengan endcore yang tak disangka.
lagu Perjalanan dibawakan kolaborasi dengan Syaharani dengan power yang dahsyat
lagu mirror dan tiga titik hitam dibawakan bersama Fadly Padi.
Pesta pun usai.
selayaknya fans kebanyakan gw tentunya mengawali akhir konser dengan mencari atribut konser nomor satu.
setlist lagu.
misi pertama gw usai. pasca meminta setlist kepada stage crew yang baik hati langkah kedua adalah. ya mencari sang vokalis agar bisa dibubuhi tanda tangan. lebih baik lagi jika berfoto bersama.
beberapa lama menunggu, ternyata jodoh belum mempertemukan gw dengan dia yang sempat hilang suaranya saat bridge di lagu "Death Can Tell a Lie".
sebenarnya gw mau menunggu lebih lama lagi, tapi transportasi Kota Bandung belum cukup memadai untuk memfasilitasi orang-orang yang pulang konser malam-malam. sehingga gw bergegas menuju jalan raya.
kembali jalan kaki, ditemani hujan dan handuk kuning.
***
gw masih beruntung ada angkot yang bisa ditumpangi.
ini angkot paling ngeri yang pernah gw tumpangi.
bayangin aja.
sendiri di angkot. lampunya mati.
tak lama di dalam angkot, naik tiga WARIA yang tak rupawan.
untung mereka waria-waria baik hati.
dan supir angkot juga baik mau memberi tahu jalan menuju Stasiun Hall Kota Bandung.
tiba stasiun pukul satu dini hari.
gw bingung harus apa, satu-satunya hal yang bisa gw lakukan adalah
tidur.
ini tidur pertama yang gw lakukan di stasiun kereta seumur hidup gw.
saya anak punk.
***
tidur yang tidak lengkap di stasiun gw lengkapi di kereta.
seharian gw tidur tanpa henti di kereta.
kenikmatan tidur gw didukung oleh kursi sebelah yang kosong.
***
datang sendiri
pulang sendiri
gw terlalu menghayati sunyaruri
semoga gw kembali di pesta sarasvati selanjutnya
dan bisa bertemu sang vokalis tentunya
membalas pertemuan yang tertunda
derry, Yogyakarta