victims

Friday, October 2, 2015

Dunia Fantasi Sarasvati

"Bangun adalah bagian terbaik dari mimpi"


Tidak ada sapaan "Selamat Malam Jumat" malam kemarin,  hal yang aneh dari pentas Sarasvati. Namun mungkin satu langkah awal dari sebuah perubahan besar yang akan mereka lakukan.



Saya mengulang apa yang saya lakukan saat Sunyaruri. Menuju Bandung, menonton pertunjukkan dan kembali ke Jogja di pagi harinya. Mengetahui bahwa jadwal sidang skripsi jatuh sebelum 1 Oktober 2015, dengan memberanikan diri saya membeli tiket Ratimaya Sarasvati dan tiket kereta Lodaya Pagi tanggal 28 September 2015 dengan sedikit berdoa jadwal sidang tidak diundur.



Hasilnya, sidang skripsi diundur satu hari, dan saya melenggang ke Bandung tanggal 1 Oktober pagi hari dan tiba sore hari pukul empat.



Pertunjukan teater dan musik Ratimaya Sarasvati dimulai kira-kira pukul 20.00 dan selesai pukul 21.45. Karena konsepnya adalah teater, maka penonton tidak bisa berhadap ada encore di akhir pertunjukkan.

setlist Ratimaya Sarasvati bonus cap bibir Shella

Lagu yang dibawakan mayoritas lagu baru yang ada di album terbaru Sarasvati, Ratimaya. Tetapi ada beberapa lagu yang sudah pernah diperdengarkan  seperti Story of Peter, Ananta Prahadi, Apakah Mata Kami Buta dan Wizard Girl. Ada satu lagu yang cukup menarik dibawakan dan masuk ke dalam album, yaitu Unfolding Sympathy yang dahulu dipopulerkan oleh Homogenic, band terdahulu Risa Saraswati.


Tema teater yang dibawakan mengingatkan saya dengan cerita fiktif progresif dan semi-absurd (saking miringnya cerita teaternya xD) seperti Wizard of Oz, Black Swan, Fight Club (film)  dan Child of Light (game) yang dikawin-silangkan dengan lucid dream atau astral (?) dengan sentuhan tradisional dalam bagian sinden lagu sunda dan koor yang menyanyikan Lir-Ilir.

Ratimaya mendengarkan kotak musik

tokoh absurd
Banyak tokoh-tokoh absurd di dalam teater Ratimaya Sarasvati yang dikemas dalam cerita mimpi Ratimaya dalam tidurnya yang ternyata sudah berhari-hari.


Adalah satu pengalaman unik menyaksikan konser satu ini. Menjadi saksi satu langkah perubahan band yang sejak 2010/2011 dikenal dengan cerita-cerita jurig. Ya, mungkin kedepannya Sarasvati akan berjalan dalam satu tema ini setelah kira-kira dua tahun Peter cs meninggalkan Risa.


***



Ada sedikit hal-hal kurang menyenangkan yang ada saat konser kemarin. Hal pertama yang saya keluhkan (apalah saya ini cuma bisa mengeluh) adalah tempat duduk penonton yang tidak pro-penonton. Ratimaya Sarasvati dilaksanakan di Sasana Budaya Ganesha ITB. Tempat duduk secara umum terbagi empat. Bagian Kanan, tengah, kiri dan depan untuk lesehan persis di depan FOH. Bagian tengah adalah tempat duduk khusus undangan. Sisanya untuk penonton tiket dan media. Tempat duduk kanan dan kiri cukup jauh pandangannya dari panggung dan hanya dapat sisi kanan atau kiri sound out sehingga suara yang diterima tidak stereo. layar yang disediakan pun tidak membantu untuk menikmati pertunjukkan karena adanya delay kira-kira 0,25 detik yang mengganggu. Untuk penonton lesehan  tengah depan pastinya mendapatkan pandangan terbaik. 



secara teknis saat teater mic clip-on juga beberapa kali mati sehingga pemeran harus berteriak saat pentas. Namun selebihnya seperti suara musik dan lelampuan diatur dengan baik.



***





Ratimaya Sarasvati yang digarap oleh tim Sarasvati dan Merch of Emotion membangun cerita dengan cukup baik, Namun karena ada dua unsur dalam pertunjukan ini baik musik dan teater tidak dapat tampil dengan maksimal.



***



Akhirnya album keempat Sarasvati liris ! (album bersama Gran Kino tidak dihitung :p) Jika dibuat peringkat, album favorit saya masih Mirror, disusul Story of Peter dan Ep Sunyaruri yang sama-sama ada diperingkat dua dan Ratimaya sepertinya harus ada diperingkat terakhir. Melihat bagaimana Sarasvati memproduksi karya sepertinya ada unsur buru-buru yang membuat Sunyaruri pada akhirnya hanya sekedar EP dan Ratimaya yang menurut saya ada penurunan kwalitet.



Mungkin album selanjutnya bisa dikerjakan dengan fokus yang maksimal, Risa bisa libur dulu menulis buku-bukunya yang seabrek, libur pula dari syuting bersama mas Tukul dan bisa fokus menggarap hal yang mungkin bisa lebih baik dari Mirror.



We Are Happy Family !