victims

Thursday, May 16, 2019

Derry Interview #1 - Startup Healthy Food

Dari rangkaian yang ada ini adalah interview pertama di tahun 2019 semenjak habis kontrak dari kantor terakhir. Lokasinya di Kemang di lantai paling bawah tower apartement. Pagi yang sendu karena memang mendung plus ada rintik sedikit. Untungnya lalu-lintas bersahabat sehingga tak ada macet merintang.

Dalam proses interview gw ketemu sama Ibu Sekar, yang mana gw udah lupa jabatannya. Tapi dari raut dan gesturnya, ia punya tanggung jawab yang besar khususnya di ranah marketing. Gw datang sebagai orang yang mengaku handal di bidang social media strategist. Interview ini cukup spesial karena merupakan interview perdana gw semenjak cabut dari kantor lama. Interview yang cukup bergairah pula karena bisa ngobrol dengan orang yang baru dikenal semenjak cukup lama berdiam sendiri di rumah.

Meski bisa lolos interview dan penugasan, gw memutuskan untuk gak melanjutkan proses rekrutmennya karena memilih untuk mencoba kesempatan lain.


Tuesday, May 14, 2019

Karya Yang Baik

Ada cerita kemarin, dari pertemuan berkesenian antara teman-teman teater yang dihelat Drupadi. Cerita yang berkesimpulan bahwa
"Karya yang baik itu pasti akan diangkat oleh Tuhan, tapi kita tidak akan tahu... kapan" (Yayu Unru)

Jasso Winarto yang hidup dan menghidupi dunia teater dan drama dihentikan hak tampilnya oleh rezim dan beralih menjadi wartawan. Bagi Jasso ketika ia meyandang pekerjaan wartawan, sebenarnya dirinya telah mati, telah tiada dari dunia karena renjananya telah diputus secara paksa.

Dalam prosesnya menjadi wartawan Jasso menelurkan satu buku yakni, Dua Manusia yang terbit pula di koran Kompas sebagai cerita bersambung. Kita berhenti disini dan lompat jauh ke tahun 2019.

Seorang guru drama dan artist Teater, Rummana Yamanie sedang beberes rumahnya. Dalam tumpukkan barang yang ada,tak sengaja ia menemukan sebuah novel lawas. Novel tersebut Ia baca dan tercetus sebuah rencana untuk dapat diproses bersama Drupadi dan akan diangkat menjadi karya Teater. 

Ya, buku itu adalah Dua Manusia. 

Ruhmana dan rekannya Kennya Rinonce kemudian beranjak tuk menjemput restu dari Pak Jasso. Namun ternyata beliau hilang jejaknya bahkan diisukan telah mangkat. Hinggap dari satu nama ke nama yang lain akhirnya ada titik cerah yang mempertemukan sang penemu buku dan penulisnya.

Pak Jasso mengaku terharu dan terkejut bahwa karyanya, Dua Manusia, akan dikaryakan untuk menjadi sebuah pagelaran. Namun kejutnya berawal dari : ternyata ada pula manusia yang mau membaca Dua Manusia

Dua Manusia secara penjualan adalah karya yang tidak laku diwaktu itu. Kejutnya disambut haru karena dengan karya yang tak diperhitungkannya itu ia merasa dibangkitkan kembali jiwanya karena dunia yang dulu sempat hilang, dunia teater dan pertunjukkan, telah kembali persis dihadapannya

Mendengar cerita Pak Jasso bikin kita ingat sama Mariya Takeuchi, musisi Jepang yang terkenal dengan lagu Plastic Love (1982). Mariya pun tak menyangka lagunya yang dulu gagal mencuat di blantika musik Jepang bisa menjadi pilihan utama dalam arus musik city pop yang sedang hits tiga tahun terakhir. 

Plastic Love tidak disambut meriah pada masanya, baru puluhan tahun kemudian lagunya santer diputar seluruh jagat. Tahun 2018 diadakan acara meet and greet Mariya Takeuchi puluhan tahun semenjak lagunya keluar.

Ya, kembali pada ujaran: "Karya yang baik pasti akan diangkat Tuhan, kita tidak akan tahu kapan" sebuah prinsip ketulusan pada karya. Dapat menjadi cerminan untuk dapat bekerja, mencipta dengan jujur dan sepenuhnya. Jika tak menghasilkan sekarang, berbaiksangkalah kepada pencipta. Karena mungkin saja buahnya hadir esok lusa, atau satu abad lagi.