victims

Wednesday, October 30, 2019

Bebas

Sebenarnya bukan pertama kalinya terlalu involve sama film, lagu atau produk audio visual lainnya. Kadang sampai pada tahap menghindari. Namun tahun ini, akhirnya nonton filmnya mas Riri Riza lagi dan rasa itu datang lagi.

Setelah tahun kemarin menyaksikan "Kulari Ke Pantai" dan cukup menyentuh hati, tahun ini datang kembali film produk Miles Production yang kiranya akan ada rasa yang sama saat keluar bioskop

Tidak terlalu booming karena tertutup banyak film lain yang juga tayang, plus terkabuti banyak event populer baik musik, teater dan pentas seni lainnya, Bebas kurang diperhatikan orang-orang.

Ketika kabut sudah menghilang, Bebas akhirnya berhasil mengajak orang-orang masuk ke bioskop. Hingga hari ini kira-kira ada 500.000 penonton yang berhasil terkonversi. Masih 500.000 lagi menuju target yang ditentukan.

Okay, sebenarnya tulisan ini bukan mau mereview film ini dari sisi marketing atau bahkan ceritanya. Tapi entah mengapa after taste dari setiap filmnya Riri Riza x Mira Lesmana yang punya tema remaja, keluarga, dan sekitarnya ini selalu punya bekas di hati. Sulit hilang meski sudah melalui banyak zaman.

Film yang baik menurut saya sih adalah felem yang sukses bikin jadi mikir sesuatu (sesuai tema felem) setelah selesai nonton. Keluar bioskop semacam bawa sesuatu yang bikin kita banyak bertanya, kemudian merasa harus berbuat sesuatu.

Keluar dari nonton Joker (ya maap nih jadi bandingin) perasaan yang ada semacam lelah melihat adanya penyiksaan jasmani dan rohani terhadap Artur. Tapi kemudian apa tindakan yang diharapkan untuk para penonton setelah keluar dari bioksop? Jangan jadi badut? Masih kurang jelas. Maka tontonan ini ya hanya jadi hal yang kita konsumsi begitu aja.

Keluar dari nonton Bebas di Blok M Square yang kebetulan dekat dengan setting beberapa scene film ni, ada banyak perasaan yang membekas (mungkin karena ini film nostalgia juga sih) penuh haru dan membuka kembali banyak kenangan lama. Ada rasa.. ingin segera berdoa agar semua teman-teman sekolah baik SD, SMP, SMA, Kuliah, akan baik-baik saja, dapat mengejar mimpi mereka masing-masing dan tetap menjadi pemeran utama dari kehidupan mereka masing-masing

udah lama abis nonton film terus nulis gini, antara emang udah lama ga nonton di bioskop dan atau emang lama ga akses blog ini sih. Berharap ada film yang menggugah lainnya di bioskop tanah air, biar siapa tau bisa sering-sering nulis di blog kesayangan kita bersama ini.

Wednesday, October 23, 2019

Renggangkan Tangan

Ketika buka blog dan memilih untuk ada entri tulisan baru, sebenarnya belum ada ide sama sekali untuk mau nulis apa hari ini. Tapi seakan ada hal yang harus ditulis disini, bukan formalitas dan seakan keharusan.

Mungkin karena rasanya blog ini lama gak diisi, sudah usang berdebu dan jarang ditengok. Padahal kalau lihat jumlah tulisan yang sudah naik, jumlah pengunjungnya yang hingga hari ini ada aja yang mampir, cukup seneng juga lihat spirit yang ada.

Hingga paragraf ketiga ini, pun rasanya tulisan ini ga butuh ada tema besar, ga butuh ada judul mungkin ya ? cukup digoreskan saja semua yang ada di permukaan pikiran, tumpahkan saja yang menggenang selama ini mumpung belum ada nyamuk bertelur. Biarkan saja jari, tangan, otot, otak, berkoordinasi, ngoceh sana-sini, menghangatkan bagian tertentu di otak, mungkin setelah tulisan ini, bangkit lagi segala yang membeku dan membatu.

Bangkit lagi yang membetku dan membatu.

Thursday, May 16, 2019

Derry Interview #1 - Startup Healthy Food

Dari rangkaian yang ada ini adalah interview pertama di tahun 2019 semenjak habis kontrak dari kantor terakhir. Lokasinya di Kemang di lantai paling bawah tower apartement. Pagi yang sendu karena memang mendung plus ada rintik sedikit. Untungnya lalu-lintas bersahabat sehingga tak ada macet merintang.

Dalam proses interview gw ketemu sama Ibu Sekar, yang mana gw udah lupa jabatannya. Tapi dari raut dan gesturnya, ia punya tanggung jawab yang besar khususnya di ranah marketing. Gw datang sebagai orang yang mengaku handal di bidang social media strategist. Interview ini cukup spesial karena merupakan interview perdana gw semenjak cabut dari kantor lama. Interview yang cukup bergairah pula karena bisa ngobrol dengan orang yang baru dikenal semenjak cukup lama berdiam sendiri di rumah.

Meski bisa lolos interview dan penugasan, gw memutuskan untuk gak melanjutkan proses rekrutmennya karena memilih untuk mencoba kesempatan lain.


Tuesday, May 14, 2019

Karya Yang Baik

Ada cerita kemarin, dari pertemuan berkesenian antara teman-teman teater yang dihelat Drupadi. Cerita yang berkesimpulan bahwa
"Karya yang baik itu pasti akan diangkat oleh Tuhan, tapi kita tidak akan tahu... kapan" (Yayu Unru)

Jasso Winarto yang hidup dan menghidupi dunia teater dan drama dihentikan hak tampilnya oleh rezim dan beralih menjadi wartawan. Bagi Jasso ketika ia meyandang pekerjaan wartawan, sebenarnya dirinya telah mati, telah tiada dari dunia karena renjananya telah diputus secara paksa.

Dalam prosesnya menjadi wartawan Jasso menelurkan satu buku yakni, Dua Manusia yang terbit pula di koran Kompas sebagai cerita bersambung. Kita berhenti disini dan lompat jauh ke tahun 2019.

Seorang guru drama dan artist Teater, Rummana Yamanie sedang beberes rumahnya. Dalam tumpukkan barang yang ada,tak sengaja ia menemukan sebuah novel lawas. Novel tersebut Ia baca dan tercetus sebuah rencana untuk dapat diproses bersama Drupadi dan akan diangkat menjadi karya Teater. 

Ya, buku itu adalah Dua Manusia. 

Ruhmana dan rekannya Kennya Rinonce kemudian beranjak tuk menjemput restu dari Pak Jasso. Namun ternyata beliau hilang jejaknya bahkan diisukan telah mangkat. Hinggap dari satu nama ke nama yang lain akhirnya ada titik cerah yang mempertemukan sang penemu buku dan penulisnya.

Pak Jasso mengaku terharu dan terkejut bahwa karyanya, Dua Manusia, akan dikaryakan untuk menjadi sebuah pagelaran. Namun kejutnya berawal dari : ternyata ada pula manusia yang mau membaca Dua Manusia

Dua Manusia secara penjualan adalah karya yang tidak laku diwaktu itu. Kejutnya disambut haru karena dengan karya yang tak diperhitungkannya itu ia merasa dibangkitkan kembali jiwanya karena dunia yang dulu sempat hilang, dunia teater dan pertunjukkan, telah kembali persis dihadapannya

Mendengar cerita Pak Jasso bikin kita ingat sama Mariya Takeuchi, musisi Jepang yang terkenal dengan lagu Plastic Love (1982). Mariya pun tak menyangka lagunya yang dulu gagal mencuat di blantika musik Jepang bisa menjadi pilihan utama dalam arus musik city pop yang sedang hits tiga tahun terakhir. 

Plastic Love tidak disambut meriah pada masanya, baru puluhan tahun kemudian lagunya santer diputar seluruh jagat. Tahun 2018 diadakan acara meet and greet Mariya Takeuchi puluhan tahun semenjak lagunya keluar.

Ya, kembali pada ujaran: "Karya yang baik pasti akan diangkat Tuhan, kita tidak akan tahu kapan" sebuah prinsip ketulusan pada karya. Dapat menjadi cerminan untuk dapat bekerja, mencipta dengan jujur dan sepenuhnya. Jika tak menghasilkan sekarang, berbaiksangkalah kepada pencipta. Karena mungkin saja buahnya hadir esok lusa, atau satu abad lagi.

Monday, April 8, 2019

Bertemu John Mayer

Sebuah konser yang dinanti jutaan umat manusia di NKRI habis ludes tiketnya menyisakan duka lara bagi fansnya yang hanya bisa termenung nonton IG Stories orang-orang.

Memang ini polemik besar dalam memulai tahun 2019. Seharusnya ada sistem yang mencegah adanya kekecewaan massal ini. Sistem yang menyediakan ruang khusus untuk mereka ehm sorry, KITA-KITA yang sudah sejak kelas 6 SD ketemu John Mayer baik di MTV ada radio kesukaan, sudah belasan tahun berharap bisa menikmati lick-lick gitar mas JM dari lagu album Continuum, atau genjrengan nakal saat bawain Your Body Is Wonderland.

Jadi untuk penonton yang cuman tau JM dari New Lights aja atau hanya albumnya yang terakhir, "The Search of Everything" harus menunggu tur Dunia atau Asia JM selanjutnya entah kapan ora urusan

Untuk mendapatkan tiket John Mayer Tour, harus Pria atau Wanita yang lahir sebelum tahun 1995, kemudian minimal bisa sebutkan lima lagu John Mayer dan bisa menang main tebak lagu dari panitia.

Dengan upaya ini pastinya penonton konser JM semakin terfilter secara jujur dan adil, serta pastinya tidak akan ada penipuan penjualan tiket.

Ada pilihan lain untuk mendapatkan tiket yakni, penonton harus mengirimkan essay dengan tema "Aku dan John Mayer". Untuk essay akan dinilai dan setelah itu akan ada test selanjutnya berupa wawancara. Ketika lulus tes maka individu tersebut dapat membeli tiket konser JM

sebenarnya ada banyak lagi seleksi yang sangat adil demi bisa membuat pagelaran konser JM menjadi konser yang adil untuk semua. Semoga tahun depan beliau mau balik lagi.

Monday, March 11, 2019

Sudah di tengah tahun

Padahal ya baru aja kemarin hore-hore 2019, bahkan masih aja kita salah tulis tahun. Tapi hari ini udah maret, sebentar lagi bahkan sudah ramadhan.

Di tengah maret ini saya belum memiliki naungan pekerjaan, meski sudah menjalani banyak proses kirim mengirim CV, kemudian interview dan interview. Akan tetapi semua prosesnya tentu saya jalani. diasyikin aja, karena kalo setres malah capek sendiri. Apanya yang mau dibikin setres. Kita sudah berusaha semaksimal mungkin.

Targetnya bulan ini saya sudah teken kontrak kerja dengan entah mana yang akan beruntung mendapatkan tanda tangan saya.

Dalam kekosongan kegiatan perkantoran ini, saya cukup menikmat keseharian yang ternyata sama cepatnya dengan ngantor. Arus informasi di internet yang saat ini menjadi konsumsi saya sehari-hari membuat kita tidak sadar dari adzan zuhur hingga adzan isya telah terlewat

nganggur enak ?

Ya kurang enak, karena di rumah sendirian, ga ada temen ngobrol, ga ada ekspresi berkarya yang nyata, dan ga ada gaji bulanan tentunya :p

Untungnya masih ada tabungan yang menggaji saya hingga bulan ini.

nganggur itu enak kalau memang ada temennya. Bisa liat dipasar, terminal, ada banyak orang yang nganggur secara kolektif. Memang lebih seru.

Jadi kalo nganggur teh ajak-ajak.