ada mata pelajaran, kewarganegaraan... pendidikan agama... Bimbingan dan Konseling... tapi gw merasa ga satupun bisa membuat gw berangan-angan untuk punya rumah kayu di Banten dan setiap sore jalan-jalan di pinggir pantai anyer sambil dengerin Banda Neira.
Definisi kesuksesan udah terbentuk terlalu kaku. semua ada di sinetron, iklan, film, dan apapun medianya yang terlalu populer dan tinggi frekuensinya.
di deket kost gw ada papan nama sekolah bisnis yang gambarnya adalah pemuda dan pemudi bergaya dan satu mobil sport warna merah.
kesuksesan rantainya udah terlalu kuat dengan materi. kesuksesan harus dapat diukur dengan jumlah.
sedih menurut gw karena itu adalah akar dari sebuah kegiatan yang mengharuskan negara ini punya komisi pemberantas korupsi.
gerah liat berita-berita mengenai korupsi.
yang mengalir kesana-kemari mulai dari uang, mobil, apartemen sampe wanita.
emang kalo punya uang 13 milyar itu sukses dan misalnya di tanggal 28 oktober 2013 ini uang di ATM udah ga bisa di ambil lagi itu enggak sukses. apa suksesnya cuma harus dilihat dari saldo ATM ?suksesnya itu kalo mobil di garasi itu sampe belasan, kinclong semua dan plat nomornya ada inisial nama yang punya ?
harusnya dengan sekolah 12 tahun itu masyarakat Indonesia mampu membangun sebuah kesuksesan yang lebih positif sehingga segalanya bisa sehat. ga harus segalanya di ukur dengan kekayaan, sehingga makna dari kata bakti atau abdi menjadi lebih nyata.
gw sekarang udah 16 tahun sekolah. dan masih mencari kesuksesan yang nantinya bisa membuat gw merasa nyaman hingga dipanggil yang maha kuasa.