Saat SD donat termewah sedunia adalah yang kita beli dari Dunkin Donuts. Franchise donat terbesar saat itu yang saingannya adalah donat kampung dan donat dunkin kw. Dalam hal ini DD senasio dengan KFC yang mana dalan suatu waktu bermunculan ayam kentaki grobakan dimana-mana sebagai saingan-tidak-langsung-KFC.
DD merajai pasar donat di Indonesia setidaknya hingga awal reformasi. Dominasi DD menurun ketika seorang oom-oom pengusaha salon (salon rambut bukan speaker pasif) mengawali bisnisnya dalam bidang perdonatan.
Johnny Andrean. Setelah mengawali bisnis di bidang kecantikan ntah mengapa ada firasat dari dirinya untuk memulai usaha bakery. Ia memulainya dengan membeli waralaba gerai roti yang harumnya bisa sampe ujung mall, Breadtalk atau versi sekarang bretok. Antrian Breadtalk tak kunjung sepi hingga kini. Meskipun sempat digoyang isu perklenikan dan sertifikat halal.
Kembali kepada roti yang tengahnya bolong ini. Setelah menekuni elmu bisnis bakery dari hasil manis Breadtalk, Oom Johnny Andrean kemudian membuka usaha kulinernya sendiri : JCO Donuts & Coffee. Hal yang menjadi sorotan dari JCO adalah :
Kok donatnya beda ya ?!
lebih empuk, nyes gitu
rasanya dan creamnya juga beragam.
rasanya dan creamnya juga beragam.
Berbagai kebaruan dan keunikan JCO jelas mencium ubun-ubun DD sembari berbisik.
"duluan ya coi"
Sementara itu DD masih bertahan dengan menunya yang sangat western : donat yang dimakan polisi-polisi di Awmerika. Donat yang dimakan tuk sarapan dan Brunch. Sedangkan JCO ? dengan bahan yang lebih ringan dan rasa yang beragam, manis dan asin, memposisikan JCO sebagai kudapan yang tak kenal waktu kapan saatnya disantap.
Untuk sarapan ? sebelum makan siang ? nongkrong asik sore ? Abis makan malem masih muat satu-dua bilah donat ? JCO pilihannya.
Namun di belakang semua itu, yang harus kita soroti adalah bahan baku tepung yang digunakan dalam pembuatan donat JCO. Tepung ini yang bikin gara-gara di negeri ini. Tepung yang juga bikin DD tak bisa berbuat banyak.
Tepung yang digunakan JCO menciptakan donat yang empuk dan lembut. Di samping itu jenis tepung ini membuat donat lebih awet rasa dan bentuknya. Tepung tradisional milik DD menghasilkan donat yang enak ketika masih hangat atau setidaknya 12 jam masih bertahan kelembutannya. Tetapi ketika lebih dari itu donatnya mulai mengeras dan ga asik lagi tuk disantap.
Beberapa tahun pasca JCO berdiri, DD memutuskan menggunakan tepung yang sama atau mungkin mirip dan kini jangan bingung kalau tekstur keduanya memang cukup mirip.
Pasca 2 donat besar ini muncul dan membangun brand yang segar, bermunculan akhirnya gerobak-gerobak donat kentang yang tak kalah asik. Gairah perdonatan tak kunjung menepi, belum ditemukan alasannya, namun memang masih valid : good product : good advertising.