victims

Sunday, November 10, 2013

live

kira-kira dua minggu yang lalu laptop gw tercinta yang sudah menemani sejak tahun 2009 akhirnya menua dan beberapa bagiannya merusak dirinya sendiri. awalya kipasnya yang tak kunjung berputar kembali, disusul oleh keyboard yang menjad bisu tak berkata, dan...

audio-nya kini tak bekerja kembali.

tentunya apa daya kini. denger lagu ga bisa nonton film ga ada suaranya, mau ngetwit harus pake on screek keyboard yang sama sekali tanpa kenyamanan berarti. seketika gw bingung tanpa arah hidup ini. kost terasa sepi cuma di isi suara jalanan macet dan suara sempritan tukang parkir. waktunya untuk pergi.

kebetulan ada acara di kampus gw. 
bintang tamunya Payung Teduh. ada FSTVLST juga.
sampe disana ternyata tiketnya habis dan harus nunggu bukaan lagi dari tiket.

alhasil gw nonton FSTVLST dari luar dengan ngintip-ngintip stage-nya dari kejauhan sambil sing a long pelan-pelan lagunya dan hingga akhirnya gw dan dua teman gw bisa masuk ke dalam venue.

Payung Teduh udah naik di atas panggung.
gw merasakan kemewahan yang asing.

Disaat yang sama entah mengapa hari itu gw mendapatkan satu hal yang mungkin kini jarang orang sadari. bukan karena gw kudu berdiri kira-kira 70 menit, nunggu bisa masuk venue dan nonton Payung Teduh.

Gw baru aja mengalami yang juga di alami oleh pendahulu kita di puluhan tahun yang lalu, dimana ga ada laptop, PC, ipod, mp3 player. ga semua artis ngeluarin album dan ga semua orang punya player untuk mainin album mereka.

untuk dengerin lagu gw harus nonton live.

dan gw membayangkan semua alat elektronik yang bisa bikin orang nyimpen lagu itu punah. betapa mewahnya nonton pertunjukan musik secara langsung karena hanya dengan media itulah kita bisa denger denting gitar, tabuhan drum serta suara vokal do re mi fa sol.

cafe-cafe yang ada penampilan akustik pasti akan rame. 
band-band cafe jadi laku lagi, mereka cepat terkenal. persaingan band antar cafe sangat ketat sehingga persaingan mereka akan meningkatkan kualitas mereka dan kreativitas musisi cafe bisa-bisa setara dengan band-band dengan label. indah bukan ?

musisi ?. musisi adalah profesi. ga ada musisi ya ga ada musik. 
mau dengerin Project pop ? ya undang mereka main..
mau dengerin Sherina ? ya undang mereka main.
ga ada cara lain..
 yang artinya adalah nilai jual seorang musisi akan naik ketika memang kualitasnya baik. musisi yang hakiki. tentunya mereka akan keliling negeri dengan kualitasnya itu.
ketika kualitas mereka menurun. musisi lain siap menggantinya.

ketat

mau dengerin lagu metal ?
nunggu anak-anak komunitas metal-metalan untuk dengerin lagu mereka sambil ga karuan joget sana-sini karena udah lama ga moshing

mau dangdutan ?
nunggu nikahan tetangga aja di kampung. dan menggila joget disana karena udah lama ga denger dangdut.


mau denger lagu reliji ?
ya harus nunggu remaja masjid bikin pensi islami dan ngundang senada atau justice voice atau untuk yang nasrani bisa menunggu gereja setempat ngundang musisi ibukota yang beragama kristen/katolik dan memberi pelayanan.

silahkan bernangis-nangisan mendengar nama Tuhan dipuja-puji. lagu agamais bukan cuma tentang vokalis yang berjilbab atau pakai peji dan bergamis serta dipadu dengan mengedahkan tangan di atas penuh pengkhayatan yang mendalam.

 namun tentang nada, pujian dan Tuhan. sakral

acara musik apapun pasti akan ramai pengunjung.
tiketnya laku keras. Event Organizer berjaya.
Musisi bisa hidup dari seni sembari hidup dengan seni.

andai begitu.

No comments: