victims

Monday, January 29, 2018

Mengenali Suara yang Ada Di Sana

Telepon rumah menjadi gawai telekomunikasi pertama yang saya gunakan sebelum ponsel nirkabel ( eh~ sempet ada juga ya telepon rumah yang nirkabel) menjadi tren. Penggunaan telepon rumah membuat harus adanya buku telepon yang berisi nomor-nomor penting tuk dihubungi. Ada nomor kantor bapak, Kokoh jual gas, tetangga-tetangga dan TOP 5 nomor telepon rumah teman yang kerap kita ganggu tuk tanya-tanya PR atau janjian latihan nari untuk mata pelajaran KTK.

Beberapa pesawat telepon di awal 2000-an akhirnya tercipta untuk dapat menyimpan beberapa list nomor telepon setelah sekian lama hanya bisa redial dengan efek tut tut tut tut tut tut tut seakan memencet nomor telepon yang kita kontak sebelumnya.

Pemakaian pesawat telepon rumah memaksa kita untuk kenal seluruh anggota keluarga orang yang kita tuju. Karena sifat telepon rumah adalah :
BURUAN DIANGKAT KARENA KITA GA TAU SIAPA YANG TELEPON
KALO PENTING GA BISA TELEPON BALIK

Maka siapa yang paling dekat dan memadai tuk menjawab panggilan, maka orang itulah yang diberi mandat oleh semesta. Celaka memang tuk orang-orang yang malas basa-basi karna harus

"halo"

"iya betul cari siapa"

dan seterusnya. Bisa aja hari ini pembantunya yang jawab, besok ibuknya, kakaknya, bapaknya dan yang lainnya yang ada di dalam rumah.

Memakai telepon rumah membuat kita peka dengan suara. Hanya dengan "halo" kita tau siapa yang ada dibalik telepon ini. Padahal telepon rumah banyak ada distorsi suara namun tetap saja kita langsung paham untuk jawab..

" si keke ada tante ?"
" doni di rumah mbak ?"

dan yang menjawab pun hafal..

"halo, Derry ya ? cari Nunung ?.. nih.."

Betapa ajaib telepon rumah itu dengan segala kemesraan yang ada di Bumi ini.

Hal penting juga dari telepon rumah adalah..
sinyalnya selalu ada setiap saat kecuali saat badai atau di dalam cerita-cerita detektif Conan yang mana tiba-tiba sambungannya terputus dan kesimpulannya

"Besok pagi baru bisa digunakan kembali karena petugas tertahan badai salju"

Dengan modal nomor telepon rumah pula banyak tele-marketing yang mengais rejeki, karena hal di atas tadi : telepon rumah selalu diangkat. Perusahaan yang paling banyak mengandalkan ini adalah asuransi dan mereka pula yang paling sering ditolak dan hingga kini pula masih mereka andalkan.

Nasib telepon rumah kini hanya jadi sebuah side-dish dari layanan sambungan internet. Tak lagi pokok seperti dahulu kala. Ya sekarang menelpon dengan ponsel lebih diandalkan, lebih personal dan murah pula.

Tetapi nomor telepon rumah masih saja tertera pada berbagai formulir sebagai persyaratan yang wajib. Karena ketika terjadi sesuatu pada kita, maka rumahlah yang  pertama yang akan mendapat kabar.




No comments: